Saling Berpelukan

Atraksi membelakangi lapangan diperagakan Pasoepati di Stadion Maguwoharjo, Sleman.

Red flare dari Pasoepati

Pasoepati membuat tribun Stadion Maguwoharjo menjadi menyala.

Penuh sesak

Pasoepati memenuhi tribun selatan Stadion Manahan.

Membentangkan syal

Ritual yang sering dilakukan Pasoepati saat mendukung tim kesayangan.

Menyanyi dan berkreasi

Pasoepati tidak pernah berhenti dalam mendukung Persis Solo.

Selasa, 29 Mei 2012

Prestasi Persis Solo

Prestasi Persis Solo :
1935 – Juara, menang atas PPVIM Jatinegara Jakarta
1936 – Juara, menang atas Persib Bandung
1937 – Runner-up, kalah dari Persib Bandung
1939 – Juara, menang atas PSIM Yogyakarta
1940 – Juara, menang atas PSIM Yogyakarta
1942 – Juara, menang atas Persebaya Surabaya
1943 – Juara, menang atas PSIM Yogyakarta
1948 – Juara, menang atas PSIM Yogyakarta
2006 – Runner-up, kalah dari Persebaya Surabaya

sumber: kompasiana.com

Curhatan Supporter

Stadion Manahan Solo, tempat kami mendukung tim kebanggaan.
Disinilah tempat kami menyatukan suara-suara dan menjadikanya lagu penyemangat tim. Disinilah tempat kami berjabat tangan dan saling berangkulan. Disinilah tempat kami meneteskan air mata dan bersorak gembira. Kami tidak peduli agama kalian, kami tidak peduli siapa kalian dan kami tidak peduli darimana kalian. Kami disatukan oleh rantai-rantai kuat yang bernama kebersamaan. Kami bersatu dalam wadah yang bernama Pasoepati. Warna merah yang melekat pada diri dan jiwa kami. Ya, warna merah yang berarti seorang pemberani. Kami berani melawan rasa lelah, berani melawan rasa dahaga dan berani mendukung tim kesayangan kami dalam kondisi apapun. Kami tidak akan mundur walaupun tim kebanggan kami dalam keadaan terpuruk sekalipun. Sudah berapa ribu liter tetes keringat yang kami kucurkan, berapa juta uang yang kami keluarkan. Sebuah wujud kecintaan kami terhadap tim kebanggaan. Bayangkan sudah berapa ribu kilometer jalan yang telah kita lalui, berapa kota yang telah kita lewati. Kami tidak peduli kepada orang-orang yang tidak suka kepada kami. Kami tidak peduli berapa banyak darah yang telah tertumpah. Semua itu tak sebanding ketika melihat tim kebanggaan kami berhasil memperoleh kemenangan. 

Bernyanyi, berteriak, berjoget sepanjang pertandingan, itulah kami!

Ya, sebuah kemenangan yang dapat membawa ke dalam mimpi kami. Mimpi yang tak pernah berhenti menghantui kami. Kami selalu bermimpi tentang kejayaan tim kebanggaan kami. Entah berapa lama lagi kami dapat melihat tim kebanggaan mengangkat sesuatu yang didambakan oleh pesaing-pesaing kami,sesuatu yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi kami, sesuatu yang  dinamakan piala kejuaraan. Kami tidak pernah dan tidak akan pernah menyerah untuk mendampingi tim dalam mewujudkan itu. Demi harga diri, demi tim kebanggaan dan demi janji sebuah kesetiaan.

Saat ini ada sebuah tanggung jawab besar yang harus kami pikul. Sebuah tanggung untuk mengajarkan kepada generasi-generasi penerus kami. Mengajarkan untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap tim asal kota Solo, mengajarkan kepada mereka tentang kesenangan menjadi supporter. Harapan kami ketika raga ini tak sanggup untuk berdiri, ketika mulut ini tak kuat berteriak lagi. Kami ingin melihat mereka berteriak sama kerasnya dengan kami dan berangkulan sama eratnya dengan kami. Kami ingin melihat mereka memutuskan pita-pita suara mereka hanya untuk tim kebanggaan. 

Tak pernah lelah mendukung tim kebanggaan.
Kami ingin melihat semua orang yang merasa pusing dengan masalah sehari-hari menjadi tersenyum ketika datang ke stadion. Kami ingin memberikan hiburan tersendiri buat mereka. Kami ingin merubah stadion yang buruk dimata mereka, menjadi sebuah tempat hiburan yang menyenangkan untuk keluarga. Kami ingin mereka kecanduan melihat betapa atraktif dan militanya kami dalam mendukung tim kebanggaan. Itu lah harapan kami, harapan mereka dan harapan kita semua. Salam Pasoepati!
(Khoirur Rozikhin)

Biodata

Nama                       : Khoirur Rozikhin
Tempat/tgl lahir     : Surakarta, 31 Januari 1990
Alamat                     : North Solo, Kadipiro, Banjarsari, Surakarta
Agama                     : Islam
Pekerjaan               : Mahasiswa
Status                      : Lajang
Hobby                      : travelling, futsal, supporting,jurnalistik
No hp                       : ask me!

Riwayat hidup :
-          SD Nayu 77 Surakarta
-          SMP N 26 Surakarta
-          SMA N 5 Surakarta
-          Ilkom - Universitas Sebelas Maret

Jumat, 25 Mei 2012

Sejarah Pasoepati

Pasoepati adalah nama sebuah kelompok suporter sepak bola yang berasal dari kota Solo. Terbentuknya Pasoepati tidak terlepas dengan kehadiran klub sepak bola Pelita Jaya yang pernah berkandang di stadion Manahan tahun 2000 lalu.
Sembilan Februari 2000 lahirlah kelompok suporter klub Pelita, bernama Pasukan Soeporter Pelita Sejati atau yang disingkat dengan sebutan Pasoepati. Sinergi Pelita dan Pasoepati saat itu menjadi gairah baru yang mempersatukan publik bola Solo dan sekitarnya. Pasoepati adalah hasil akal budi seorang praktisi periklanan Solo, Mayor Haristanto.
Ia mengambil prakarsa ketika tak ada wong Solo berani jemput bola guna membangun organisasi suporter ketika publik bola Solo terserang euforia karena tiba-tiba hadir tim elit Liga Indonesia di kotanya.
Dengan menunggangi gairah warga Solo yang meluap, dipadu sinergi cerdas dengan media massa lokal dan nasional, Pasoepati meroket menjadi meteor di kancah persepakbolaan nasional.
Dalam perjalanan Pasoepati yang kini sudah berumur lebih dari 11 tahun ini, Pasoepati tercatat sudah memberikan dukungannya kepada empat klub sepak bola yang pernah bermarkas di kota Solo.
Diawali di tahun 2000 dengan kehadiran klub Pelita Jaya yang kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya Pasoepati. Di tahun 2003, hengkangnya Pelita dari kota Solo kemudian digantikan oleh klub asal Jakarta Timur yang kemudian meleburkan namanya sebagai Persijatim Solo FC.
Namun, nostalgia Pasoepati dengan Persijatim ternyata hanya berlangsung selama 3 tahun. Dan di tahun 2006, Pasoepati akhirnya mengikrarkan dirinya untuk mendukung klub sepak bola asli daerah, Persis Solo, seiring juga prestasinya berpromosi ke Divisi Utama.
Mengawali tahun 2011, digulirkannya kompetisi Liga Primer Indonesia (LPI) dan juga lahirnya klub sepak bola Solo FC, membuat Pasoepati turut serta menjadi suporter bagi klub Solo FC yang berkompetisi di Liga Primer.
Namun, karena pada pertengahan tahun 2011 klub Solo FC melakukan merger dengan klub Persis Solo, maka Pasoepati kini hanya menjadi suporter bagi satu-satunya klub sepak bola asal kota bengawan, Persis Solo.
Jangan pernah bertanya tentang loyalitas kepada Pasoepati. Meski harus dihadapkan dengan situasi klub kebanggaannya Persis Solo ,yang saat ini terbilang minim sekali prestasi, Pasoepati tetaplah menjadi suporter setia dan mempunyai loyalitas dan dedikasi tinggi terhadap klub yang didukungnya.
Meski lahir dan besar di kota Solo, namun Pasoepati juga mendapatkan dukungan dari masyarakat luas di kabupaten Klaten, Boyolali, Sukoharjo, Sragen, Karanganyar, Salatiga dan Wonogiri.
Dukungan luas dari berbagai daerah menjadikan Pasoepati sebagai salah satu kelompok suporter terbesar di Indonesia. Keberadaan Pasoepati telah berhasil menjadi wadah pemersatu puluhan ribu warga Solo dan sekitarnya untuk bisa saling bersatu, saling bahu-membahu mendukung sebuah klub sepak bola yang bisa membuat bangga kota Solo tercinta. (adjiwae)
Berdiri :
Rabu Legi, 9 Februari 2000 di Griya Reka Grupe Mayor, Jalan Kolonel Sugiyono 37, Solo.
Pencetus nama :
Suwarmin
Bunda Pasoepati :
Kris Pujiatni, S.Psi
Pendiri :
Arno Suparno, Bambang Eko S, Bimo Putranto, Dencis, Deny Susanto, Donny, Dwi, Hariyanto, Iwan Budi Prasetyo, Maeda Daneswara, Mashadi “Pete”, Mayor Haristanto, Rio, Siswanto, Sukimo, Sukirno, Supriyadi “Ateng”, Suwandi, Suwarmin, Tommy,Wawan.
sumber : Pasoepati.net

Sejarah Persis Solo

Persis Solo adalah klub sepak bola yang didirikan pada tahun 1923 di Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia. Persis Solo adalah raksasa sepak bola Indonesia di masa lalu, Persis pernah menjuarai kompetisi Perserikatan sebanyak 7 kali, namun kejayaan itu hanya berlangsung hingga akhir 1940-an, karena setelah itu tim ini terdegradasi hingga Divisi 3. Baru pada musim 2006 Persis berhasil menjadi runner up ketika bermain di Divisi Satu Liga Indonesia. Atas prestasi ini Persis promosi ke Divisi Utama pada musim kompetisi 2007-2008.
Saat ini Persis bermarkas di Stadion Manahan, yang memiliki kapasitas 25.000 penonton. Persis memiliki julukan “Laskar Samber Nyawa”. Persis memiliki suporter fanatik besar  yang disebut Laskar Pasoepati (Pasukan Soeporter Paling Sejati).
Awal berdirinya masih bernama Vorstenlandsche Voetbal Bond (VVB), yakni semacam perserikatan sepak bola yang berada di kota Solo. VVB adalah pelopor dunia sepak bola di Indonesia. Disebut pelopor dunia sepak bola karena VVB berdiri sebelum klub-klub sepak bola ada di Indonesia, bahkan sebelum adanya PSSI atau Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia. VVB didirikan sejak tahun 1923 oleh Sastrosaksono dari Klub Mars dan R. Ng. Reksodiprojo dan Sutarman dari Klub Romeo.
Oleh bapak Soemokartiko, pada tahun 1928 nama Persis Solo atau Persatuan Sepak Bola Indonesia Solo resmi dipakai untuk menggantikan nama Vorstenlandsche Voetbal Bond (VVB). Persis adalah raksasa sepak bola Indonesia di masa lalu, karena Persis adalah pencetus adanya klub-klub sepak bola di Indonesia.
Persis pernah menjuarai kompetisi perserikatan sebanyak 7 kali, namun kejayaan itu hanya berlangsung hingga akhir 1940-an. Persis Solo sendiri saat ini mempunyai julukan sebagai Laskar Samber Nyawa. Home base yang dipakai adalah stadion Manahan Solo yang mempunyai kapasitas jumlah penonton sebanyak 35.000. Persis Solo juga mempunyai kelompok suporter fanatik yang diberi nama Pasoepati (Pasukan Soeporter Paling Sejati) yang telah berdiri sejak Februari tahun 2000.
Ada beberapa nama pemain legendaris sepak bola Indonesia yang pernah membela Persis selain legenda hidup Agung Setyabudi. Salah satunya adalah R. Maladi yang kini namanya digunakan sebagai nama stadion R. Maladi atau yang kerap disebut stadion Sriwedari. Persis Solo cukup lama mengalami masa-masa sulit dan jauh dari prestasi.
Prestasi terbaik terakhir adalah pada tahun 2006 lalu yang berhasil menjadi runner up kompetisi divisi I usai dikandaskan Persebaya Surabaya di babak final. Atas prestasi ini Persis Solo mendapat jatah promosi ke

sumber: kompasiana.com

Sejarah menjadi Pasoepati

Awal mula saya suka menonton sepak bola sekitar 12 tahun yang lalu. Saya saat itu sedang duduk di kelas 4 Sekolah Dasar. Sebelumnya saya hanya mendengar cerita dari teman-teman dan tetangga tentang betapa serunya menonton tim kebanggaan kota Solo saat itu, Pelita Solo. Dari sanalah saya mulai penasaran dan ingin datang ke stadion secara langsung. Beruntungnya saya karena mempunyai Ayah seorang pecinta bola. Suatu hari saya diajak Ayah untuk menonton sepak bola secara langsung ke stadion. Saya berangkat bertiga bersama kakak dan ayah. 
Stadion Manahan Solo

Kami berangkat bersama saat itu naik bus ''Wahyu Mulyo'' dan turun di bangjo Manahan. Setelah turun, kami berjalan menuju ke Stadion Manahan yang berjarak cukup dekat. Saat itu masih banyak penonton yang berjalan kaki, naik bus, menumpang truk, dll. Belum seperti sekarang yang banyak menggunakan kendaraan pribadi terutama motor. Sampai akhirnya saya tiba di stadion megah yang bernama Stadion Manahan Solo. Banyak sekali orang-orang berbaju dan beratribut serba merah yang berkumpul menjadi satu di stadion. Sekitar pukul 14.30 WIB kami membeli tiket dan mulai masuk ke dalam stadion. Dan apa yang terjadi? Wow!! Stadion sudah sangat penuh dan tidak ada tempat tersisa buat kami. Saat itu  Pelita Solo menjamu PSM Makassar yang terkenal sangat hebat. Dengan perasaan agak kecewa kami memutuskan untuk pulang. Sudah beli tiket,capek-capek, namun keinginan saya untuk menonton Pelita Solo harus ditunda dulu.

Di lain hari saya diajak Ayah lagi untuk menonton pertandingan Pelita Solo. Kali ini kami berangkat lebih awal,karena takut tidak dapat tempat lagi. Seperti kemarin, kami naik bus dan turun di bangjo Manahan. Walaupun sudah datang lebih awal, saat itu stadion ternyata sudah penuh dan hanya ada sisa di tribun VIP. Daripada kecewa lagi Ayah membeli tiket di tribun VIP. Dan untuk pertama kalinya saya menyaksikan atmosfir yang sangat luar biasa.
Merinding rasanya, stadion penuh sesak oleh para penonton. Rasa takut bercampur rasa senang saat itu, saya takut apabila terjadi kerusuhan. Namun rasa takut itu tertutupi dengan pemandangan di depan mata saya. Stadion megah dengan rumput yang hijau menambah pemandangan yang luar biasa. Saya seperti tidak bisa berkata apa-apa, ternyata yang mereka ceritakan itu benar. Oh ini yang dinamakan Pasukan Soeporter Pelita Sejati (Pasoepati). Mereka bernyanyi, menari dengan lantang dihiasi bendera-bendera yang sangat banyak. Satu kata yang bisa saya ungkapkan saat itu, Luaaaar Biasa!! 

Antusias penonton saat itu melebihi batas kapasitas stadion manahan. Sekitar 30-35 ribu penonton hadir pada saat itu. Bahkan banyak juga yang sampai menonton dibawah, hanya berjarak sekitar 1 meter dari lapangan. Ternyata saat itu Pelita Solo menghadapi PSIS Semarang. Apapun hasilnya Pelita Solo tetap lolos ke delapan besar dan akan bermain di Jakarta. Pantas saja penonton bisa sebanyak dan segila itu. Di VIP sebelah kiri terdapat juga supporter tamu dari Semarang yang saat itu bernama ''Mahesa Jenar''. Pertandingan sangat menarik dan berlangsung keras, karena kabarnya kalau kalah, PSIS akan terdegradasi. 

Namun, Pelita Solo juga tidak mau kalah begitu saja dihadapan puluhan ribu pendukungnya. Tensi panas pertandingan merambat ke penonton, saling ejek pun mulai terjadi. Dan hal yang paling saya takutkan terjadi, para penonton mulai saling lempar. Kerusuhan mulai menjalar hingga luar stadion. Suasana sangat kacau saat itu, suara tembakan,mercon, pembakaran mobil , membuat saya ketakutan. Akhirnya saya diajak pulang oleh Ayah, karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Suasana pertandingan Pelita Solo vs PSIS

Sampai dirumah saya masih agak takut, tapi ketakutan itu masih kalah dengan rasa senang yang luar biasa. Walaupun pertama kali menonton dan langsung disuguhi kerusuhan supporter, tapi saya justru ingin menonton lagi. Dan sampai sekarang pun saya masih suka dan cinta terhadap tim dari kota Solo, mulai dari Pelita Solo, Persijatim Solo Fc, Persis Solo, Solo FC dan sekarang Persis Solo 1923. Itulah awal mula saya suka menonton dan mencintai sepak bola Solo. Dan cerita mengenai atraktif dan kreatifnya supporter asal Solo, Pasoepati terus mengalir hingga saat ini. Sekarang saya telah menjadi bagian dari mereka (Pasoepati-red). Banyak suka duka menjadi seorang Pasoepati, dan cerita-cerita itu mungkin juga akan saya share lewat blog ini.
Thanks.
:)